Thursday, June 23, 2011

kado dari mama (PART 6)

Perjalanan panjang ia lewati dengan duduk seharian di pesawat . akhirnya pesawat yang mengangkut dirinya mendarat di Dubai untuk transit . Setelah mengurusi transitnya sejenak , Aurora langsung mengambil tiket untuk ke penerbangan selanjutnya . Ia tak ingin menunggu lama lagi karena ia sangat ingin bertemu dengan mamanya.
Sampailah ia di bandara internasional Soekarno – Hatta. Ia segera mencari taksi setelah sebelumnya ia mengantri untuk mengambil barangnya di ban berjalan dan meminta sang supir taksi untuk membawa kendaraannya secepat mungkin. Setelah sampai di depan pagar rumahnya , ia bingung sejenak . Kenapa ada banyak sekali orang di rumah yah?
Ia turun dari taksi . Setelah membayar dan meyakinkan barang bawaannya tidak ada yang ketinggalan , ia pun berlari memasuki pelataran rumahnya. Sekilas ia bisa melihat banyak sekali orang – orang berpakaian serba hitam . sebenernya ada apa ? Kegelisahan segera menggeluti hatinya . Perasaanya mendadak menjadi khawatir dan takut .
Ia berjalan perlahan memasuki pintu rumah besar yang terbuat dari kayu . Ia mencondongkan sedikit bagian kepalanya kearah dalam rumah untuk melihat kondisi. Betapa terkejutnya ia saat melihat mbok Minah , pembantu rumah tangga mamanya , menangis terisak di pinggir sebuah peti jenazah . Ia pun terduduk lemas di depan pintu rumahnya . Teman-teman mama Aurora yang mengenalnya pun langsung membantu ia berdiri . Mereka memapahnya hingga sampai di depan peti jenazah . Peti yang berisikan wanita berumur sekitar setengah abad sudah terbujur kaku dan pucat pasi . Wanita yang lebih dikenal dengan Risma Julia , mama Aurora .
Aurora terduduk lemas di samping peti jenazah mamanya . Ia tidak pernah menyangka mamanya akan pergi secepat ini meninggalkan dirinya . ia menangis sejadi jadinya sampai ia terkulai lemas tak berdaya . Aurora pun di larikan ke rumah sakit terdekat karena kondisinya yang lemah . Entah karena ia kelelahan menangis atau depresi yang menyerang otaknya begitu hebat.

-****-

Aurora masih terbaring lemah di ranjang rumah sakit . Kini ia masih belom sadarkan diri . Setelah di periksa dokter dan di pastikan baik baik saja , mbok Minah menelpon Daniell Lucie untuk memberitahukan keadaan putrinya yang melemah dan mantan istri nya yang kini telah tiada .
Terbesit kembali dalam ingatan mbok Minah saat dimana ia gagal menyelamatkan majikannya dari maut . Tadi pagi , mbok Minah dan Risma Julia sedang berbelanja untuk keperluan sehari hari dan keperluan persiapan untuk kepulangan Aurora di sebuah supermarket yang berada di kawasan sebuah mall . Tiba-tiba saja sebuah bungkusan plastik milik Risma Julia terjatuh . Saat ia ingin mengambil bungkusan itu , dari arah seberang jalan datang sebuah mobil berkecepatan tinggi dan menabrak Risma tanpa ampun . Kini penyesalan karena tak sempat menyelamatkan majikannya itu merasuki diri mbok Minah , ia selalu merasa bersalah setiap kali mengingat kejadian yang di terima oleh majikannya .
“Mengapa bukan saya saja yang di tabrak ? Mengapa mesti nyonya?” ucapnya dalam sela tangisnya .
Kini mbok Minah berada di ruang rawat Aurora . Ia menjaga Aurora selayaknya menjaga anaknya sendiri . Jasad Risma Julia , majikannya , kini di jaga oleh segenap keluarga yang berada di Jakarta .
Lamunan Mbok Minah di buyarkan dengan bergeraknya tangan Aurora dari genggamannya . Namun hanya sesaat . Lalu ia bergeming . Diam dan sunyi . Tiba-tiba mata Aurora terbuka perlahan dan ia menggerakan kepalanya pelan . Rasa sakit mengalir melewati darahnya menuju ke otak . Membuatnya semakin sulit berpikir mengapa ia bisa berada di sini ?
“Mbok , aku dimana ini ?” Tanya Aurora sudah menggunakan bahasa Indonesia .
“Non di rawat di rumah sakit non . Tadi non sempet pingsan. “
Aurora kembali mengerutkan kening . Berusaha berpikir . Hal terakhir yang diingatnya adalah ia datang kembali ke Jakarta setelah melalui perjalanan panjang dari Paris . Tetapi tiba-tiba saja ia melihat peti jenazah dalam rumahnya dan melihat mbok Minah sudah menangis terisak karenanya.
“Mbok , mama mana?”
Mbok Minah tak langsung menjawab pertanyaan Aurora . Bimbang antara ingin memberitahukan kebenarannya atau tidak . Takut Aurora akan kembali shock dan semakin melemah kembali nantinya.
“Nyonya sudah nggak ada non .” kata – kata yang berat sekali di katakan mbok Minah dari mulutnya.
Aurora menangis kembali . Kali ini lebih kencang . Mbok Minah dan para dokter serta suster yang mendengar tangisannya kini membiarkannya begitu saja . Biarkan saja ia melepas segala rasa pedih , sedih dan rasa kehilangan orang yang paling dicintainya.
“Aku mau lihat mama mbok !” kata Aurora sambil berusaha bangkit.
“Nyonya ada di rumah non . non istirahat dulu saja . Besok baru kita melihat nyonya.” Sahut mbok Minah dengan terburu buru dan menahan Aurora agar tidak bangun dari tempat tidurnya .
Aurora tak dapat bersua lagi . Ia terlalu letih untuk mengucapkan kata demi kata yang sedemikiannya ia rantai agar terdengar tidak terlalu rapuh dengan kepergian mamanya. Ahirnya ia memutuskan untuk tidur dan beristirahat agar besok ia dapat segera mengunjungi mamanya untuk terakhir kali.

-****-

No comments: